ajakan dari mimbar atau surat untuk nurcholish madjid

cak nur,

saya buka lagi buku yang sampulnya telah koyak oleh kafka, anak saya. terbit tahun lalu dengan judul all you need is love: cak nur di mata anak-anak muda, kitab ini memuat 30 esai. salah satu yang paling menarik perhatian adalah tuturan hikmat darmawan.

ia berkisah, di pertengahan 1990-an, di mimbar jumat itu anda menyarankan para jamaah untuk menonton the name of the rose. kok bisa-bisanya, cak? film tersebut dibikin berdasarkan novel dengan judul serupa karya ahli semiotika umberto eco. pokok kisahnya adalah misteri serangkaian pembunuhan di sebuah biara katolik di abad pertengahan.

hikmat mengaku tak terlalu kaget oleh anjuran itu. the name of the rose, tulisnya, adalah juga, “sebuah simulasi pluralisme dan kebebasan berpikir.” rasionalitas ditubuhkan dalam sosok william baskerville, sang penyelidik. ia terutama kaget karena faktor mimbarnya.

pasti, hikmat tak kaget sendiri. mimbar-mimbar seperti itu lazimnya dimanfaatkan untuk meninju barat dan antek-anteknya. akhir pekan lalu, di masjid perumahan kami, tonjokan itu dilancarkan hari moekti, rocker yang banting stir jadi dai. hari bilang, “artis-artis sudah disiapkan yahudi untuk merusak aqidah.”

tak terbayangkan bahwa ajakan menonton sebuah film, bahkan yang semacam the name of the rose, bisa meluncur dari mulut hari dan banyak ustadz lain. anda minoritas, cak nur. pun sampai hari ini, 17 maret 2009, saat anda berulang tahun ke 70…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *