Kehidupan nyaman sebagai wakil direktur bank menguap ke udara. Andy Dufresne (Tim Robbins) mesti menjalani kehidupan keras di balik terali besi.
Dakwaan jaksa: membunuh istri dan pacar sang istri yang merupakan pegolf terkenal. Vonis hakim: penjara dua kali seumur hidup. Pertanyaan pertama di benak penonton: Dufresne memang membunuh mereka?
Vonis jatuh, hidupnya mendadak rapuh. Lalu Shawshank Redemption pun bergulir.
Napi senior, Red (Morgan Freeman), menebak, Dufresne akan menjadi yang pertama menangis di antara anggota kelompok napi yang tiba bersamaan di penjara saat itu.
Red bertaruh 10 batang rokok kepada teman-temannya. “Angin sepoi-sepoi saja akan membuat dia terhempas,” ujar Red sambil memperhatikan kelompok napi tersebut. Ternyata, sang narator sepanjang film dan kelak menjadi sahabat Dufresne itu keliru. Dufresne sama sekali tak menangis.
Dengan ketenangan, keuletan, dan kecerdasan, Dufresne bertahan – sejak detik pertama di penjara Shawshank pada 1947. Ia menolak bertekuk lutut pada takdir. Termasuk menghadapi geng napi homoseksual yang mengincar. Ia melawan meski berujung babak-belur.
Belakangan, berkat kemampuan akuntansi sebagai eks bankir, Dufresne memperoleh proteksi dan keistimewaan. Dia mengelola pencucian uang kepala penjara, Samuel Norton (Bob Gunton). Gangguan para napi homoseksual itu tak lagi mampir. Para sipir bahkan menggebuki pentolan geng hingga cacat.
Sempat terbit harapan Dufresne untuk bebas setelah Tommy Williams (Gil Bellows) masuk. Tommy bilang pernah bertemu seseorang yang mengaku membunuh seorang perempuan dan kekasihnya yang pegolf tenar.
Harapan pupus setelah Tommy ditembak mati oleh kaki tangan Norton. Maka, rencana awal dilanjutkan.
Dufresne berhasil kabur. Modalnya: martil kecil yang ia pesan dari Red dan… poster aktris Rita Hayworth, Marilyn Monroe, serta Raquel Welch. Perihal cara dia kabur, mending tonton sendiri filmnya.
Dalam surat kepada Red, ketika telah di luar, Dufresne menulis, “Remember, Red, hope is a good thing, maybe the best of things, and no good thing ever dies.”
Dufresne seperti menjawab kata-kata Red beberapa tahun sebelumnya: “Hope is a dangerous thing, my friend, it can kill a man…”
Pada 1966, Dufresne membuktikan bahwa menaruh harapan itu bukan kemubaziran. Dia tak sekadar kabur, namun juga merancang skenario penghancuran rezim penjara yang korup dan bengis itu.
Film ini dirilis pada 1994. Banyak menuai pujian. Saya baru menontonnya akhir pekan ini di HBO. Tabik buat semua yang membuat The Shawshank Redemption terwujud.
Inilah cerita tentang hidup yang rapuh tapi tak layak diratapi jika kita punya sahabat, imajinasi, dan harapan.