manusia kamar

Dengan cara apa dirimu mengenal Seno Gumira Ajidarma? Saya mengenalnya lewat kumpulan cerpen Manusia Kamar. Dibeli di Bandung, pada 1992 atau 1993, buku itu sampai sekarang masih bertengger di rak.

Cerita paling nonjok di sana, buat saya, adalah Manusia Kamar itu sendiri. Berikut intronya: “Pada umurnya yang ke-20 ini, ia mulai memasuki periode sinis kepada dunia. Aku telah mengenalnya semenjak ia mulai mengenal dirinya sendiri. Ia muak melihat kepalsuan-kepalsuan di sekelilingnya. Aku bilang padanya, dalam kehidupan itu semua biasa. Ia bisa mengerti, tapi tak bisa menerima.”

(Jika ingin mengakses cerpen itu, klik di sini. Cuma, entah kenapa, hanya kira-kira separuh yang dimunculkan.)

Si tokoh, yang tak pernah disebutkan namanya, lalu mengasingkan diri. Hanya membaca dan menulis di kamar. Kepalsuan dan kemunafikan orang-orang di sekitar sudah tak tertanggungkan.

Seno menyodorkan karakter “ia” pada dosis paling ekstrem. Karikatural. Barangkali untuk menciptakan semacam teror di kepala. Mengajak merenung.

Ia menulis kisah ini pada 1980—ketika usianya 22. Ekonomi Indonesia tengah tumbuh berkat rezeki minyak bumi. Kemudian, para Orang Kaya Baru bermunculan, lengkap dengan segala perangai yang norak. Plus, para oportunis yang coba menyambar untung dari mereka.

Saya juga suka Selingan Perjalanan. Ini kisah perjumpaan “Aku” dengan seorang perempuan Madura yang menjual sate. “Perempuan itu mengingatkan aku pada seseorang di masa remaja…Dunia ternyata memang bukan sekadar tempat untuk ngobrol, tapi untuk hidup mempertahankan diri jangan sampai jadi kere,” tulis Seno.

Nyaris tanpa drama, jangan mengharapkan konflik. Hanya lukisan suasana di warung  itu ketika satu per satu pembeli datang dengan tabiat masing-masing. Satu hal: kebanyakan pria itu menyimpan ambisi untuk memboyong perempuan tersebut ke ranjang.

Kisah diselingi dengan “Aku” yang teringat istrinya yang bekerja sebagai penyanyi klub malam. Di titik ini, “Aku” menemukan kesamaan garis nasib di antara dua perempuan itu.

Sederhana tapi mengharukan. Pendongeng kelas satu tahu benar cara membuat pembaca terpikat. Ah, dirimu harus membacanya sendiri…

2 thoughts on “manusia kamar”

  1. Pak Yus, saya darmairal. Cerpen manusia kamar sangat saya butuhkan.
    Bagamana saya bisa mendapatkan buku itu. Apakah bapak bisa bantu saya?…
    Terimakasih atas kemurahan hati bapak untuk mengirimkannya ke alamat
    Prodi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat, Gunung Pangilun, Kota Padang,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *