bung karno dan polemik

Alkisah pada September 1980 – Maret 1981 meletus polemik tentang Bung Karno. Belum ada media sosial saat itu, gelanggangnya adalah koran dan majalah.

Rosihan Anwar yang memicu dengan mengungkap ulang, dalam artikelnya di koran KOMPAS, bahwa ada surat-surat Bung Karno yang meminta ampun pada Jaksa Agung Hindia Belanda pada 1933. Konon surat dilayangkan saat Bung Karno mendekam di penjara Sukamiskin, Bandung.

Mengungkap ulang? Ya, Rosihan sebenarnya hanya mengutip temuan John Ingleson yang dituangkan dalam buku Road to Exile: The Indonesian Nationalist Movement 1927-1934. Melihat rekam jejak Ingleson, ia bukan pembual di warung kopi. Ia punya kredensial sebagai peneliti dan akademisi sejarah .

Sejumlah pihak pun unjuk tanggapan atas hal tersebut. Di antaranya Mohamad Roem, Sitor Situmorang, Mahbub Djunaidi, Taufik Abdullah, Onghokham dll. Banyak di antara mereka yang meragukan otentisitas surat-surat itu. Sangat mungkin rezim kolonial mengkreasinya untuk merontokkan kredibilitas Bung Karno, kata mereka.

“Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada berita di surat kabar pada waktu itu mengenai surat-surat Bung Karno itu. Tetapi adalah aneh sekali mengapa pemerintah Belanda pada waktu itu begitu bodoh untuk tidak mengumumkan surat-surat Bung Karno tersebut kalau memang ada,” kata sejarawan Onghokham kepada koran Merdeka.

Di luar itu semua, buku 50 halaman ini penting karena memuat (mungkin) semua tulisan yang terlibat polemik. Ada sejumlah esai, juga reportase.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *