kemeja gulana



Ia termenung di sudut. Perlahan mulai bisa merumuskan gemuruh di dada: begini toh rasanya terlunta-lunta.

Berpekan-pekan ia terpeluk erat dengan gantungan, tak melindungi dan menghadirkan nyaman untuk sang tuan. Nirguna, kata para bocah yang menggilai bahasa.

Jejak pewangi yang dilekatkan ke tubuhnya pudar seinci demi seinci, digempur aroma kayu almari.

Murung dan gulana. Ia pun teringat sebilah gunting di laci nakas, membayangkan besi tajam itu mengoyak…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *