melambat

Thomas L. Friedman membuka Thank You For Being Late dengan mengutip ilmuwan Marie Curie: “Nothing in life is to be feared, it is only to be understood. Now is the time to understand more, so that we may fear less.”

Untuk bisa mengerti, kata Friedman, kita perlu melambat. Membaca, mendengar, merenung.

Tapi agaknya cukup banyak dari kita, mungkin termasuk saya, tak cukup punya kesabaran. Akhirnya, gampang berkomentar meski pengetahuan cuma seujung kuku atau jempol super lincah menyebar informasi tanpa filterisasi yang memadai.

Juga pada hari-hari ini. Tengok  media sosial. Banyak orang berlomba ingin mengabarkan hal-ihwal soal Corona. Langsung main forward — mungkin dengan semacam disclaimer setelahnya: “ini bener gak ya?” atau “cuma copas dari sebelah.”

sumber: pixabay.com

Sindrom fear of missing out (FOMO) terlihat nyata. Demokratisasi informasi mencapai titik ekstrem, yaitu terciptanya situasi “the death of expertise.” Berbekal sejumput bacaan di dunia maya, banyak orang langsung merasa pintar tentang sesuatu hal dan memiliki otoritas untuk berbicara.

Bising dan bikin mental cedera, kata seorang kawan. Barangkali ada benarnya.

Dua telinga, satu mulut. Kita seharusnya lebih banyak menyimak ketimbang ngoceh. Dengan begitu bisa memilah dan memilih dengan lebih baik. Agar bisa lebih mengerti…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *