buku, membeli dan membacanya

Kita tak pernah tahu kapan sebuah buku bakal dipakai. Jika kita anggap bagus atau menarik dan terjangkau harganya, ambil saja. Terkhusus, untuk buku yang tak dicetak lagi atau telah menghilang dari toko. Buku bukan roti tawar atau susu kemasan yang punya tanggal kedaluwarsa.

[Ini semacam utilitarianisme buku? Iya sih. Semoga tak terlalu masalah.]

Jadi, tak usah jeri dengan cibiran: “Ah, kau ini pengumpul, bukan pembaca buku.” Benar belaka: durasi membaca kita berbanding terbalik dengan kemampuan membeli. Biar saja. Sekali lagi, buku (jika memang bagus) tak pernah basi.

Ini bukan teori, tapi pengalaman pribadi. Saya membawa pulang Mao: Kisah-kisah yang Tak Diketahui karya Jung Chang dan Jon Halliday saat ada diskon 50% di Gramedia. Dibeli pada Juni 2013. Namun, baru saya jangkau pada Oktober 2013 saat harus menyusun kisah tentang Madam Mao.

Contoh lain adalah karya Stearling Seagreave, Dinasti Marcos. Ini lebih ekstrem. Saya membelinya pada 2006 atau 2007 di lapak buku bekas di Kwitang. Hanya saya baca selintas, melompat-lompat. Akhirnya, sangat berguna ketika mesti menulis cerita Imelda Marcos, bulan lalu.

Dalam kasus lain, saya pontang-panting mencari Pandangan dan Gejolak Masyarakat:  Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia (Surabaya 1926-1946) karya William H. Frederick.

Tanya kiri-kanan di gerai online, nihil. Saya menuju Istora Senayan saat ada Indonesia Book Fair 2013. Hey-hey…di salah satu gerai, buku itu memanggil-manggil. Saya pun bisa menulis feature ini dengan bantuannya. Saya kira, di kesempatan lain, keberuntungan mungkin saja menjauh.

Lihat, harga cocok, ambil. Selalu sesimpel itukah? Ternyata tidak. Saya menulis catatan ringkas ini saat ngiler melihat sebuah buku. Ditawarkan di akun facebook seorang teman yang berjualan secara online. Buku itu otobiografi Lee Kuan Yew, lumayan tebal dan hard cover.

Bimbang. Pertama, nilai belanja buku saya jauh di atas normal pada bulan ini. Kedua, ada kemungkinan buku itu juga bisa didapat di Blok M Square–dengan harga lebih murah.

Saya masih menimbang-nimbang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *