mesti berbagi

Havel,

Terkadang, kita tak bisa meraup semua. Ada kepentingan-kepentingan lain yang menuntut pula. Juga keras, bahkan mungkin lebih tegas. Pepatah itu benar belaka: rambut sama hitam, isi kepala berbeda-beda.

Akhirnya, negosiasi dan saling menggelontorkan konsesi menjadi solusi. Kita mesti berbagi. Kompromi. Bersikukuh mutlak-mutlakan? Maaf, itu jalan lempang menuju kehancuran kolektif. Dan, itu terlihat naif jika kita meyakini bahwa kehidupan bukan medan ilmu pasti, melainkan ajang interaksi ribuan kemungkinan.

(Tentu, ada yang tak layak dibagi. Suami, misalnya. Enak beneeeer…ente yang kagak tahan godaan, orang lain yang kudu berkorban.)

Mudah-mudahan, batu pendirian ini mendarat tak jauh dari sebuah titik samar bernama sikap rendah hati. Kesempurnaan memang hanya milik surga.

NB: ibumu mengajakku nonton “Berbagi Suami.” Kamu main dengan Deandra saja, oke?

0 thoughts on “mesti berbagi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *